Jumat, 24 April 2015

Fisiologi Nifas Mata Kuliah Biologi Dasar Kebidanan

BIOLOGI DASAR

FISIOLOGI NIFAS









Nama Kelompok :


1.      AISA MIRANDA
2.      DIAN PUTRI WAHYUNI
3.      DIANA HOFIANA
4.      ELMIN FRYDA
5.      INDAH MAYANG
6.      LISA PUTRI HAFRIANI
7.      NURFAZILA
8.      QONITA FATMA AULIA
9.      RAMLAH
10.  ROSNIDAR SARI
11.  SISKA DESIANA
12.  VITALOKA
13.  WAHYUNI SALFITRI
14.  YULIANA



Kelas IA
DIII Kebidanan

STIKes Mitra Bunda Persada Batam
Tahun Ajaran 2014-2015




KATA PENGANTAR


Dengan banyak mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah BIOLOGI DASAR yang berjudul FISIOLOGI NIFAS dengan tepat waktu. Dan ucapan terima kasih penulis juga ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah BIOLOGI DASAR  Ibu Norma Jeepi, M.Kes yang telah memberikan tugas kepada penulis dengan maksud memberikan kesempatan untuk memudahkan penulis dalam pembelajaran dan mendapatkan pengetahuan.
            Dengan keterbatasan penulis dan ketidaksempurnaan makalah yang telah penulis selesaikan, penulis masih mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk dapat melengkapi kekurangan makalah ini. Selain itu penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

                                                Batam,  20 April 2015
                                                                                                                              Hormat Kami


DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu. (Saleha, 2009)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan laktasi, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu pacapersalinan.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik dinegara maju maupun dinegara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan sebaliknya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan olej konsekuensi ekonomi, di samping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. (Ilmu Kebidanan, Sarwono. Hal 356)
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini. (elok, 2014)

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian Masa Nifas ?
2.      Jelaskan Klasifikasi pada Masa Nifas ?
3.      Jelaskan yang dimaksud dengan involusi alat-alat kandungan ?
4.      Apa sajakah perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas ?
5.      Apa sajakah perubahan psikologis pada masa nifas ?
6.      Sebutkan dan jelaskan perawatan pada masa nifas / pasca persalinan?

C.    Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui tentang masa nifas dimulai dari pengertian masa nifas, klasifikasi pada masa nifas, involusi alat-alat kandungan yang berpengaruh pada saat masa nifas, perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis ibu pada masa nifas dan perawatan-perawatan yang dapat dilakukan pada masa nifas/ pascapersalinan.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu. (Mochtar, 2011)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta d dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122)
Masa nifas (puerperium) secara tradisional didefinisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu, terutama system reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Pengertian lainnya, puerperium adalah masa sejak persalinan selesai dan berakhir setelah 6 minggu. Dimana alat-alat reproduksi berangsur-angsur kembali seperti normal. (Sani,2013)

B.     Klasifikasi

Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.      Puerperium dini  yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.      Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

C.    Involusi Alat-alat Kandungan

Involusi adalah pertumbuhan kembali menjadi bentuk yang lebih sederhana, perubahan bagian tubuh kembali ke ukuran normal (seperti rahim yang kembali mengecil setelah bersalin), dan kemunduran dalam perkembangan (seperti kemunduran alat-alat tubuh karena penuaan). (Artikata.com)
Involusi adalah perubahan-perubahan alat genetalia interna dan eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
1.      Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, walaupun proporsi jaringan ikat yang ada di uterus progresif meningkat seiring dengan jumlah kehamilan. Involusi berlangsung lambat pada wanita yang menjalani Section Caesarea segmen bawah. Involusi uterus yang berlangsung lambat mengindikasikan adanya retensi produk konsepsi dan atau infeksi sekunder, yang biasanya ditandai dengan lochea rubra yang terus menerus keluar disertai dengan bau membusuk.
Involusi
Tinggi fundus uteri
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi Pusat
1000 gram
Uri lahir
2 Jari dibawah pusat
750 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
2.      Bekas implantasi uri
Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 sm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih kembali seperti semula.
3.      Luka-luka
Pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4.      Rasa nyeri
Disebut juga after pains (meriang dan mulas-mulas) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pascapersalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat-obatan anti nyeri atau antimulas.
5.      Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a.       Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b.      Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lender; hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.       Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan.
d.      Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e.       Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f.       Lokiostatis: lochea yang tidak lancer dalam proses pengeluarannya.
6.      Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan kerongga rahim, setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
7.      Ligamen-ligamen
Ligament, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum ritundum menjadi kendor.
Setelah melahirkan, wanita Indonesia memiliki kebiadaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu di kusuk, tekanan dalam abdomen bertambah tinggi. Karena ligament, fascia dan jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan kusuk/urut, banyak wanita yang mengeluh “kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk nemulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pasca persalinan.

D.    Perubahan Fisiologis pada masa nifas

a.      Perubahan Sistem Pencernaan

System gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesterone yang dapat menganggangu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesterone juga menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system pencernaan antara lain:
1.      Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2.      Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus serna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3.      Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum , diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. System pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
            Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1.      Pemberian diet/ makana yang mengandung serat.
2.      Pemberian cairan yang cukup.
3.      Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4.      Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

b.      Perubahan Sistem Perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selaian khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal ini menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain :
-          Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urine.
-          Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
-          Depresi dari spingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingterani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak tertahankan.
Trauma yang dialami oleh vesika urinaria selama persalinan biasanya menyebabkan edema dan hiperemis vesika urinaria, yang tonus ototnya berkurang selama kehamilan. Perubahan pada vesika urinaria dapat menyebabkan peningkatan resiko infeksi saluran kemih (ISK) pada masa nifas. Trauma mada sfingter vesika urinaria meningkatkan frekuensi inkontinensia stress, yang ditandai dengan kebocoran urin saat pasien batuk, tertawa, melakukan gerakan mendadak, atau berolah raga.
Nyeri yang berkaitan dengan berkemih mungkin menandakan ISK. Dilatasi ureter , peregangan berlebihan Vesika Urinaria, serta instrumenttasi atau persalinan dengan operasi, semuanya meningkatkan resiko infeksi. Pada hari ke 10, fungsi Vesika Urinaria harus diamati dan dinilai, seharusnya tidak lagi ditemukan tanda inkontinensia spontan.

c.       Perubahan Sistem Muskuloskeletal

            Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang mencakup relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran Rahim.
1.      Dinding perut dan peritoneum
a.       Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
b.      Hari pertama abdomen menonjol seperti mengandung, 2 minggu menjadi rileks, 6 minggu kembali seperti sebelum hami.
2.      Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di namakan strie. Melalui pelatihan post natal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
3.      Striae
Pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang sama. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rectus abdominalis tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, parits, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
4.      Perubahan ligament
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum retundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
5.      Simfisis pubis
Meskipun relative jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai dengan nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan.

d.    Perubahan Hormonal

            Pada akhir persalinan, sebagian besar hormone steroid yang disintesis plasenta turun drastic seiring dengan pengeluaran plasenta. Kadar esterogen dan progesterone turun ketingkat sebelum hamil dalam 72 jam pasca persalinan. Kadar FSH pulih ke konsentrasi pra hamil dalam 3 minggu pasca persalinan, tetapi pemulihan sekresi LH memerlukan waktu lebih lama, bergantung pada lama laktasi. Kadar oksitosin dan prolactin juga bergantung pada kinerja laktasi.

e.       Perubahan Sistem Kerdiovaskular

            Pengeluaran darah saat persalinan yang secara normal diperkirakan 300-500 cc, dikompensasi secara adekuat oleh peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan. Eritropoiesis mengalami pengaktifan sebelum dan sesudah persalinan. Diuresis juga semakin mengurangi volume plasma pada hari-hari pertama nifas.
            Pada saat hamil terdapat hubungan pendek yang disebut shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta. Namun setelah janin lahir, kemudian plasenta lahir, maka sirkulasi ibu dan plasenta akan terputus dan kemudian kondisi ini menyebabkan volume darah ibu relative akan bertambah banyak sehingga beban jantung juga akan meningkat. Namun secara fisiologis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme konpensasi yaitu timbulnya hemokonsentrasi (darah lebih kental) sehingga volume darah kembali seperti semula.

f.       Perubahan Sistem Respirasi

            Diafragma dapat meningkatkan jarak gerakannya setelah uterus tidak lagi menekannya sehingga ventilasi lobus-lobus basal paru dapat berlangsung penuh. Compliance dinding dada, volume dan kecepatan pernafasan kembali ke normal dalam 1-3 minggu.

E.     Perubahan Psikologis pada masa nifas

a.      Adaptasi Psikologis Ibu masa nifas

-          Fase Taking In
      Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada saat ini, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan menyebabkan ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang meningkat.
-          Fase Taking Hold
      Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu perlu memerlukn dukungan karena saat ini merupakankesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
-          Letting Go
      Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

b.      Post Partum Blues

            ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Gejala-gejala baby blues antara lain menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian, khawatir mengenai sang bayi, penurunan gairah seks dan kurang percaya diri terhadap kemampuan terhadap seorang ibu. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1.      Mintalah bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan
2.      Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
3.      Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi.
4.      Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.

c.       Depresi Postpartum

            Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kemandiriannya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi postpartum ). Berikut ini gejala-gejala depresi pasca persalinan :
1.      Sulit tidur, bahkan ketika bayi udah tidur
2.      Nafsu makan hilang
3.      Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control
4.      Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali terhadap bayi
5.      Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6.      Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7.      Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
8.      Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar
      Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan kunsultasi dengan psikiater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit. Seorang ibu multipara mudah mengalami atau menderita depresi masa nifas. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurusi dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas. Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan menawarkan bantuan dan dorongan kepada ibu.

d.      Psikosis

            Ibu yang beresiko tinggi mengalami psikosis adalam ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau tekanan jiwa, ibu yang merasa percaya dirinya rendah, ibu yang tidak mendapatkan dukungan, ibu yang bayi nya meninggal ataupun mempunyai masalah. Tanda-tanda dan gejalanya adalah tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, merasa bahwa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri maupun bayinya, berfikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya, seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, adanya halusinasi atau khayalan, menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan adalah anaknya.
Penatalaksanaan : dirujuk ke seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis, ia memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keadaannya dan dukungan untuk ibu sangat diperlukan.

F.     Perawatan Pasca Persalinan

1.      Mobilisasi ; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Setelahnya, ibu boleh miring-miring ke kanan dank e kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2, ibu diperbolehkan duduk, hari ke-3 berjalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut memiliki variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2.      Diet ; makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya, makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi ; hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang, wanita mengalami kesulitan berkemih karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme akibat iritasi sfingter ani selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Apabila kandung kemih penuh dan wanita sulit berkemih, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4.      Defekasi : Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Apabila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi buang air besar keras, dapat diberikan obat laksatif peroral atau perektal. Jika masih belum bida dilakukan klisma.
5.      Perawatan Payudara : Perawatan mama telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Apabila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan cara pembalutan mama sampai tertekan, pemberian obat esterogen untuk supresi LH, seperti tablet Lynoral dan Parlodel. Sangat dianjurkan agar seorang ibu menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi tersebut.
6.      Laktasi : untuk menghadapi masa laktasi, sejak kehamilan terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mama, yaitu :
a.       Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan bertambahnya jaringan lemak
b.      Pengeluaran cairan susu jolong (kolostrum), yang berwarna kuning-putih susu, dari duktus laktiferi, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, vena r susu berdilatasi sehingga tampak jelas.
c.       Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang sehingga timbul pengaruh hormone laktogenik (LH atau prolactin) yang akan merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar produksi akan banyak sesudah 2-3 hari sesudah pasca bersalinan.
7.      Cuti hamil dan bersalin
Menurut Undang-Undang, wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
8.      Pemeriksaan pasca persalinan : Di Indonesia ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah selesai nifas, yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal tersebut dapat diterima dan dapat dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrok seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain :
a.       Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b.      Keadaan umum : suhu badan, selera makan dan lain-lain.
c.       Payudara : ASI , putting susu.
d.      Dinding perut, Perineum, kandung kemih, rectum
e.       Secret yang keluar, misalnya Loche Floralbus.
f.       Keadaan alat-alat kandungan.
9.      Nasihat untuk ibu postnatal
a.       Fisioterapi post natal sangat baik diberikan
b.      Sebaiknya bayi disusui
c.       Lakukan senam pasca persalinan
d.      Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga, sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak.
e.       bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.

G.    Asuhan Nifas Menurut  DEPKES RI

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas :
Kunjungan
waktu
Asuhan
I
6-8 jam post partum
Mencegah kendala masa nifas oleh karena atoniauteri.
Mendeteksikan dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan ataoniauteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
6 hari postpartum
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilainya adanya tanda-tanda demam, infeksi  dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makana yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir..
III
2 minggu postpasrtum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari postpartum.
IV
6 minggu postpartum
Menanyakan penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.



BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu.
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan-perubahan fisiologis pada saat setelah melahirkan (masa nifas ). Tidak hanya perubahan fisiologis, ibu hamil dapat pula mengalami perubahan-perubahan psikologis pada saat masa nifas dan itu semua adalah hal yang alamiah terjadi pada seorang ibu yang telah melewati masa melahirkan bayi.
Adapun perubahan yang terjadi dalam hal perubahan fisiologis adalah :
1.      Sistem Reproduksi, Pencernaan, Perkemihan dan musculoskeletal
2.      hormonal
3.      System kardiovaskular
4.      System respirasi
Sedangkan perubahan psikologis pada masa nifas yaitu:
1.      Adaptasi psikologi yang termasuk Taking In, Taking Hold, dan Letting go
2.      Post partum Blues
3.      Depresi  Post partum
4.      Psikosis

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis obstetric, obstetric fisiologi obstetric patologi. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan ed.4. Jakarta: Bina Pustaka
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar